Surabaya Viral - Pengamat Sosial Politik Universitas Airlangga Surabaya, Fahrul Muzaqqi menyebut, ada beberapa faktor yang berpotensi memenangkan Prabowo-Gibran dalam satu putaran, khususnya di wilayah Jawa Timur satu putaran dinilai terbuka lebar.
"Saya melihat beberapa data hasil survei, dari komparasi beberapa data survei yang saya amati, ini lembaga survei yang sudah dikenal kredibilitasnya, itu sudah menunjukan prosentase yang siginifikan," ungkap Fahrul, Selasa (30/1).
Fahrul merinci, secara nasional per awal Januari sampai akhir Januari 2024, trend pasangan Prabowo-Gibran terus mengalami kenaikan. Sementara pada pasangan Ganjar-Mahfud trendnya justru cenderung menurun. Sementara pada pasangan Anies-Muhain, memang mengalami kenaikan, tetapi tidak begitu signifikan.
"Kalau awal Januari, 02 ini kan hasil surveinya sudah 48 persen. Saya rasa sangat mungkin diakhir Januari sudah bisa mendekati 50 persen. Nah, coblosan kan sebentar lagi. Jadi ada peluang menang satu putaran,. Kalau untuk Jawa Timur, sebelumya sudah 50 persen. Prediksi saya nanti justru bisa tembus 60 persen," urainya.
Faktor kedua, masih kata Fahrul, simpul-simpul ketokohan di banyak bidang yang terdapat di pasangan Prabowo-Gibran sudah mulai terasa gelombangnya dalam menambah kekuatan pasangan Prabowo-Gibran.
"Contoh saja ada Bu Khofifah. Bu Khofifah juga sudah terang-terangan ada di pihak 02. Kita semua juga tahu ketokohan dan kekuatan massa dari Bu Khofifah," sambungnya.
Selain Khofifah, lanjut Fahrul, ada nama Soekarno dan Gus Ipul yang notabene pernah menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur.
"Pakde Karwo dan Gus Ipul itukan sudah pernah pegang Jawa Timur, jadi ketokohannya itu jelas ada efeknya di Jawa Timur. Meski Gus Ipul tidak mendeklarasikan atas nama PBNU, tapi orang sudah tahu siapa Gus Ipul," ungkapnya.
Faktor ketiga justru yang menarik adalah kekuatan dari kalangan milenial dan Gen Z sebagai pemilih muda dan pemilih pemula. Ini juga patut diperhitungkan.
Semua paslon, imbuh Fahrul, berlomba-lomba untuk menargetkan dari kalangan pemuda dan pemula yang tidak lain mempunyai jumlah paling banyak sebagai pemilih.
"Di sini Cawapres Gibran punya potensi yang besar. Secara psikologis, Gibran mewakili sebagai anak muda, dan tentu paham apa yang diinginkan anak muda. Anak muda itu kan tidak lepas dari teknologi di dunia maya, atau gadget," sambung Fahrul.
Fahrul tidak menampik, pada saat usai debat cawapres, Gibran diserang lewat berbagai medsos, khususnya soal etik. Tetapi justru itu yang menguatkan posisi Gibran di kalangan anak muda.
Fahrul pun mencontohkan banyak media sosial yang menyerang Gibran lantaran gestur Gibran yang mengangkat tangannya di atas mata dalam gerakan mengintip, seolah-olah kesulitan mencari jawaban dari Mahfud MD dalam debat cawapres.
"Tapi serangan di media sosial itu justru menguntungkan Gibran. Kenapa? Anak muda justru melihat dari sisi lainnya. Bukan soal etiknya. Lihat saja, gerakan itu malah makin tenar, dibuat bentuk kartun, gimmick, bahkan diperagakan oleh anak-anak muda dalam keseharian dengan teman-temannya," pungkas Fahrul. (Sal/red)