Malang Viral - Generasi Alumni Muda Universitas Brawijaya (UB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Airlangga (Unair) yang tergabung dalam sukarelawan Ganjar Creasi (G-Creasi) terus mengampanyekan penggunaan pupuk hayati kepada para petani di beberapa wilayah Jawa Timur (Jatim).
Perwakilan Koordinator Ganjar Creasi Jatim Ahmad Anwar As Sidiq mengatakan pihaknya menggelar pelatihan pembuatan pupuk hayati untuk pembudidayaan cabai di Dusun Gedangan Kulon, Desa Gedangan, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, Jatim, Kamis (2/11).
Menurut Anwar, pupuk hayati dapat menanggulangi kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus.
"Karena ketika petani menggunakan pupuk hayati, tanaman cabai dapat tumbuh bagus dan ramah lingkungan," ucapnya.
Anwar menuturkan, setelah diberi pelatihan ini, petani cabai di Malang bisa membuat pupuk hayati sebagai pengganti pupuk kimia.
"Harapannya, para petani mengurangi pupuk kimia. Kemudian, beralih menggunakan pupuk hayati. Lebih-lebih dapat bernilai ekonomi," katanya.
Sementara itu, Gilang Ady Permana sebagai pemateri menjelaskan tentang pembuatan pupuk hayati, pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga, dan penanaman cabai.
"Dalam pelatihan pembuatan pupuk hayati, kami kenalkan pupuk hayati seperti apa karena berbeda dengan pupuk organik," ungkapnya.
Bukan hanya itu, Gilang juga menjelaskan manfaat dan kelebihan pupuk hayati yang berbahan dasar akar bambu, kecambah, air, pollard, air gula merah, dan dedak.
Bahan-bahan tersebut terhitung mudah didapat dan harganya murah jika dibandingkan dengan pupuk kimia sehingga lebih ekonomis. Kemudian, dampak dan manfaat penggunaan pupuk hayati ini sangat terasa.
"Kami kenalkan manfaatnya dan kelebihannya kepada masyarakat. Kami juga menyadarkan masyarakat bahwa kita harus memulai hidup sehat. Contohnya, mencampur sampah organik dan anorganik mengolahnya dari rumah untuk mengurangi dampak limbah masyarakat," katanya.
Dia dan Ganjar Creasi terus berkomitmen memberikan ilmu dan wawasan kepada para petani terkait pemanfaatan pupuk hayati ini karena terinspirasi oleh sosok calon presiden (capres) Ganjar Pranowo.
Gilang juga berharap petani mulai menggunakan pupuk hayati yang ramah lingkungan agar kerusakan tanah tidak meluas.
"Harapannya, petani suatu saat bisa mengurangi minimal 50 persen penggunaan pupuk kimia," tuturnya.
Diketahui, sejumlah petani cabai di Kabupaten Malang antusias mengikuti pelatihan budi daya cabai mulai cara menanam cabai yang baik hingga membuat pupuk hayati yang ramah lingkungan. (Sal/red)