Rakernas V PDI-P, Megawati Bicara Pemimpin Otoriter Populis yang Menjadikan Hukum Sebagai Pembenar

Rakernas PDI-P V di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta Utara, Jumat (24/5/2024). (Red)
Rakernas PDI-P V di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta Utara, Jumat (24/5/2024). (Red)
banner 728x90

Jakarta - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Prof. Dr. (HC) Megawati Soekarnoputri menyebut belakangan terjadi anomali dalam demokrasi di Indonesia seperti yang pernah dijelaskan seorang pemikir kebhinekaan Sukidi.

Menurut Megawati, Sukidi menyebut anomali dalam demokrasi melahirkan kepemimpinan paradoks dan otoritarian.

Dia berkata demikian saat menyampaikan pidato pembuka Rakernas V PDI Perjuangan yang dilaksanakan di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta Utara, Jumat (24/5/2024)

"Terjadinya anomali demokrasi, secara gamblang dijelaskan oleh DR Sukidi, seorang pemikir kebhinnekaan yang disegani. Sosok cendekiawan ini menjelaskan fenomena kepemimpinan paradoks yang memadukan populisme dan machiavelli, hingga lahirlah watak pemimpin authoritarian populism," kata Megawati, Jumat.

Putri Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno itu mengatakan karakter otoritarian dari seorang pemimpin membuat hukum dipermainkan.

"Dalam karakternya yang seperti ini, hukum pun dijadikan pembenar atas tindakannya yang sepertinya memenuhi kaidah demokrasi. Namun, sesungguhnya hanyalah prosedural. Disinilah hukum menjadi alat, bahkan pembenar dari ambisi kekuasaan itu. Inilah yang oleh para pakar disebut dengan autocratic legalism," kata Megawati.

Presiden kelima RI itu dalam pidato sempat mengutarakan kekagetannya terhadap proses cepat revisi UU MK untuk disahkan menjadi aturan resmi.

Megawati menduga ada kepentingan politik yang besar di balik proses revisi UU MK dan juga UU Penyiaran yang begitu cepat.

"Saya terkaget-kaget, tiba-tiba ada revisi UU MK yang dilaksanakan melalui proses yang tidak benar. Selain dilaksanakan tiba-tiba, dan pada masa reses, sepertinya menyembunyikan suatu kepentingan politik yang begitu besar. Juga rencana pelarangan produk jurnalistik investigatif dalam UU Penyiaran," kata Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu.

Megawati kemudian mengatakan solusi menyelesaikan anomali dalam demokrasi bukan mencabut hak rakyat.

Menurutnya, pilihan yang lebih bijak ialah percaya ke adagium Vox Populi Vox Dei bahwa suara rakyat itu menjadi perwakilan Tuhan.

"Adagium ini juga diyakini bekerja dalam peribahasa, Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai, ataupun dalam berbagai ekspresi Milik Nggendong Lali yang menjadi tema perenungan sosok seniman Butet Kartaredjasa. Terhadap keseluruhan apa yang terjadi, PDI Perjuangan diajarkan oleh sejarah, untuk percaya pada Satyam Eva Jayate, bahwa kebenaran pasti akan menang," kata Megawati.

PDI Perjuangan mengusung tema Satyam Eva Jayate: Kebenaran Pasti Menang dengan subtema Kekuatan Persatuan Rakyat dalam Kebenaran pada Rakernas V.

Sebanyak 4.858 peserta yang terdiri dari fungsionaris partai di berbagai tingkatan dan kepala daerah dan legislatif dari PDI Perjuangan hadir dalam Rakernas V.

PDI Perjuangan sudah memulai rangkaian Rakernas V dengan melaksanakan pawai obor Api Perjuangan Nan Tak Kunjung Padam pada Jumat (17/5/2024).

Adapun, obor api diambil PDI Perjuangan dari Mrapen Grobogan kemudian pawai dilakukan di 20 kabupaten atau kota dengan jarak 526 kilometer. (Sal/red)

banner 300x250

Berita Terkait

banner 300x250