SURABAYA - Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, mengajak para mahasiswa untuk konsisten membangun keseimbangan atau balance of knowledge antara ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Utamanya di bidang ilmu sosial dan ilmu politik.
Wagub Jatim itu menyebutkan, kekonsistenan inilah yang dibutuhkan dalam menjawab tantangan seputar isu-isu sosial masa kini.
"Mereka bukan saja solid dalam ilmu keagamaan tapi sama kompetitifnya dengan ilmu-ilmu lain di sekolah umum lainnya. Ini menunjukkan bahwa kita bisa mencetak lulusan yang kompeten di bidangnya dan konsisten dengan keagamaan," paparnya.
Mantan Bupati Trenggalek itu pun mengajak para mahasiswa untuk mengambil teladan dari buku Dari Parlemen Jalanan ke Parlemen Senayan. Sebab, Ahmad Nawardi dahulu merupakan salah satu anggota badan pers dan aktivis kampus di UINSA yang kini menjabat sebagai angota komite III DPD RI.
"Apa yang dilakukan di kampus, kegiatan apa yang digencarkan oleh PERS kampus, itulah yang mewarnai keseharian dan ikhtiar sang parlemen jalanan hingga sekarang ada di parlemen Senayan," ucapnya.
Di akhir, Wagub Emil mengajak segenap mahasiswa FISIP UINSA untuk terus mencapai balance of knowledge sehingga dapat menjawab tantangan dan permasalahan masa kini. Ia optimis bahwa mahasiswa dan alumni dari kampus berbasis keagamaan akan dapat saling mengayomi, toleran, dan memberikan contoh baik bersama.
"Saya yakin mahasiswa FISIP UINSA ini akan mempunyai pengetahuan yang lebih relevan lagi untuk menghadapi permasalahan masa kini. Seringlah mengobrol dengan dari fakultas lain agar pengetahuan lintas bidang ilmu dapat terbangun," pesannya.
Sementara itu, buku berjudul dari Parlemen Jalanan ke Parlemen Senayan merupakan biografi tentang perjalanan Senator DPD RI asal Jatim, Ahmad Nawardi. Tak hanya perjalanan hidup, buku ini juga berisi sejumlah ide dan gagasan yang dituangkan untuk kemajuan bangsa.
Bukan hanya perjalanan hidup, tetapi juga ada gagasan dan ide dalam buku Parlemen Jalanan ke Parlemen Senayan,tutur Nawardi.
Saat masih menjadi mahasiswa, Nawardi tak sudah terbiasa menyampaikan kritik pada pemerintah dengan turun jalan. Hal ini dianggap sebagai menimba ilmu selain bangku kampus.
Saya menyarankan tugas mahasiswa adalah belajar. Silahkan berproses mengisi kemerdekaan NKRI, tutur Nawardi.
Sejumlah tokoh dunia, diakui Nawardi banyak mempengaruhi gagasan dan idenya. Dalam buku yang ia tulis, Nawardi menyebutkan bahwa kampus sebagai laboratorium ilmiah yang bisa menguji buku yang ia tulis. Karena itu, launching buku saya pilih di kampus, tegasnya.
Politisi yang mengawali karir dari jurnalis ini, tidak menampik dalam kesuksesan perjalanan hidup, harus ada keberanian menyampaikan gagasan untuk mewujudkan cita-cita.
Hadir menjadi narasumber bedah buku Parlemen Jalanan Parlemen Senayan, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Abdul Chalik. (Sal/red)