Surabaya Viral - Bisnis sektor kuliner masih menjadi primadona pilihan bisnis di kota-kota besar. Semua varian produk pendukung kuliner juga selalu diburu pembeli jika memiliki kualitas rasa dan harga yang terjangkau.
Melihat potensi tersebut Anggota Komisi B DPRD Jatim Agatha Retnosari menggelar pelatihan pembuatan olahan sambal sebagai pelengkap produk kuliner. Sambal sudah umum dimanfaatkan sebagai pekengkap menu nasi yang disantap setiap hari.
Puluhan emak-emak warga Surabaya nampak antusias mengikuti berbagai tahap pembuatan sambal yang diajarkan instruktur, Kamis (7/12/2023). Mereka belajar membuat 3 macam varian sambal yakni Sambal Bawang, Sambal Cumi dan Sambal Klothok.
"Tidak hanya proses membuat sambal, para peserta juga diajari bagaimana produk sambalnya layak jual. Dari nama merek, kemasan hingga manajemen pemasaran," kata Kepala Bidang Produksi dan Restrukturisasi Usaha Diskop UKM Jatim, Susanti Widyastuti.
Selaniutnya peserta juga menerima materi bagaimana membuat legalitas usaha mereka agar lebih leluasa memasarkan produk sambalnya, seperti NIB, BPOM, sertifikt halal, hingga pengakuan merek.
Pelatihan tersebut adalah bagian dari program rangka mewujudkan misi terbentuknya 10 Ribu UMKM Baru dan 10 Ribu UMKM Naik Kelas.
UMKM menurutnya adalah backbone utama pertumbuhan ekonomi di Jatim, Data yang tertulis dari BPS per 21 Juli yang lalu bahwa pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur pada kuartal II yakni sebesar 5,24 persen, di atas rata-rata nasional dan tertinggi se pulau Jawa.
Sementara sektor UMKM menyumbang 58,36 persen bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di provinsi Jatim.
Seperti diketahui, Perekonomian Jatim mencapai Rp 2.730 triliun dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,34%. Konsep ekonomi Jatim merupakan ekonomi yang inklusif yang berbasis ekonomi kerakyatan.
Kondisi ini ditandai dengan peran yang sangat strategis dari koperasi umkm yang menjadi bakcbone perekonomian jawa timur dengan kontribusi sebesar 57,81 persen.
Kemampuan UMKM menyerap 97% dari total tenaga kerja memberikan bukti bahwa UMKM yang tercatat sebanyak 9,78 juta itu menjadi salah satu usaha yang mampu bertahan dan penopang perekonomian dan dapat menyerap tenaga kerja terbanyak dibanding sektor usaha lainnya. (Sal/red)