Gus Ulib Tegas Bantah Isu Kerja Paksa di Pesantren: Yang Ada Justru Pendidikan Kepedulian

pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang, KH Zainul Ibad As’ad atau yang akrab disapa Gus Ulib. (Red)
pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang, KH Zainul Ibad As’ad atau yang akrab disapa Gus Ulib. (Red)
banner 728x90

JOMBANG VIRAL – Salah satu pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang, KH Zainul Ibad As’ad atau yang akrab disapa Gus Ulib, angkat bicara terkait tayangan salah satu program televisi di Trans7 yang dinilai menyesatkan karena menggambarkan adanya praktik kerja paksa di lingkungan pondok pesantren.

Gus Ulib menegaskan, informasi tersebut tidak benar dan berpotensi mencoreng citra pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah berkontribusi besar bagi bangsa dan negara.

“Di pesantren itu tidak pernah ada kerja paksa anak. Yang ada justru proses pendidikan untuk membangun kepedulian sosial, tanggung jawab, dan kesadaran terhadap lingkungan,” tegas Gus Ulib saat memberikan keterangan resmi pada Bhirawa, Selasa (14/10/2025).

Lebih lanjut, Gus Ulib menjelaskan bahwa aktivitas para santri di pesantren, seperti gotong royong membersihkan lingkungan, membantu dapur umum, atau mengelola kebun pesantren, bukan bentuk kerja paksa, melainkan bagian dari pendidikan karakter dan pembiasaan hidup mandiri.

“Pesantren mendidik santri untuk hidup sederhana, peduli sesama, dan bertanggung jawab. Mereka diajarkan untuk tidak hanya cerdas secara ilmu, tapi juga matang secara moral dan sosial,” terang Gus Ulib.

Menurutnya, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menyeimbangkan antara pendalaman ilmu agama (tafaqquh fiddin) dengan pembentukan akhlak dan kemandirian.

“Kalau santri belajar menanam, membersihkan halaman, atau membantu kegiatan dapur, itu bukan kerja paksa, tapi latihan hidup agar tidak manja dan siap menghadapi kehidupan nyata,” imbuhnya.

Gus Ulib juga mengingatkan media massa agar lebih berhati-hati dalam menayangkan konten tentang pesantren, terutama jika tidak memahami kultur dan sistem pendidikan di dalamnya.

Menurutnya, framing negatif tentang pesantren dapat menimbulkan kesalahpahaman publik dan menggerus kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan Islam tradisional.

“Media seharusnya membantu menjelaskan nilai-nilai luhur pesantren, bukan justru menimbulkan stigma. Pesantren adalah tempat para santri ditempa agar menjadi manusia yang berakhlak, berilmu, dan peduli terhadap sesama,” katanya.

Gus Ulib menegaskan bahwa pesantren merupakan bagian penting dari sejarah panjang peradaban Indonesia. Dari pesantren lahir banyak tokoh besar, ulama, dan pejuang bangsa yang menjunjung tinggi nilai kejujuran, keikhlasan, dan gotong royong.

“Pesantren adalah benteng moral bangsa. Jangan sampai karena miskin pemahaman, kemudian muncul narasi yang merusak nilai luhur yang sudah diwariskan turun-temurun,” pungkasnya. (Sal/red)

banner 300x250

Berita Terkait

banner 300x250