Surabaya - Perkembangan teknologi berbasis Artificial Intillegence (AI) atau kecerdasan buatan kian familiar. Bahkan di tangan pelajar usia belasan, inovasi berbasis AI dapat diciptakan untuk membantu kebutuhan sehari-hari. Keberhasilan itu dibuktikan oleh lima siswa SMA Negeri 2 (SMADA) Surabaya melalui inovasinya Elderly Monitoring System With Artificial Intelligence (EMS-AI).
EMS-AI merupakan sistem monitoring untuk mengawasi orang tua yang hidup mandiri tanpa keluarga pendamping. Adalah Muhammad Rezqy Agung, Fazil Sabillarasyad, Muhammad Thufail Addausy, Hernawan Santosa, Ayman Nawwaf Alfina kelima siswa yang telah berhasil menciptakan inovasi tersebut dan membawanya ke Bangkok International Intellectual Property, Invention, Innovation and Technology Exposition (IPITEx).
Kelima siswa tersebut mencatatkan sukses ganda dengan mengantongi dua penghargaan sekaligus. Yakni medali perak kategori Medical and Internet of Things ( IOT) dari NRCT (National Research Council of Thailand). NRCT merupakan organisasi pemerintah di bawah Perdana Menteri yang mempromosikan dan mendukung penelitian, penemuan, inovasi dan transfer teknologi kepada pengguna terkait baik sektor swasta maupun negeri. Selain dari NRCT, tim SMADA juga mendapatkan penghargaan berupa special award dari Medical University of Lodz Polandia.
"Kami membuat sistem pengawasan orang tua yang terhubung dengan aplikasi sehingga kegiatan mereka di rumah dapat dimonitor dari jarak jauh. Kendati demikian, sistem pengawasan ini tetap mengedepankan privasi orang tua dengan tidak memasang kamera pengawas atau CCTV," jelas M Rezqy Agung saat dihubungi Rabu (8/2).
Untuk menciptakan sistem pengawasan ini, Rezqy bersama timnya membuat perangkat dengan empat sensor khusus. Di antaranya ialah sensor gerak, sensor suhu, sensor pintu dan sensor detak jantung. Dari sensor yang membaca data aktifitas orang tua di rumah. Dari data yang tersimpan di data base, sistem AI mengelolanya sebagai kebiasaan rutin orang tua.
"Pengambilan data kebiasaan itu dilakukan antara tiga minggu sampai satu bulan. Data tersebut akan dikelola dengan sistem AI dan dijadikan sebagai data kebiasaan hidup. Selanjutnya, selama sistem pengawasan beroperasi, EMS-AI akan terus menyimpan data kebiasaan hidup orang tua secara update," jelas Rezqy.
Berdasarkan data kebiasaan tersebut, sensor akan merespon jika orang tua melakukan kebiasaan yang berbeda. Misalnya kebiasaan tidur orang tua yang sehari-hari dilakukan mulai pukul 22.00. Jika lebih dari 22.00 orang tua belum istirahat di kamar maka sistem akan mengirimkan notifikasi ke keluarga yang memegang aplikasi sistem monitroing.
"Sehingga melalui alat ini kita dapat mengetahui jika terjadi sesuatu diluar kebiasaan yang dilakukan orang tua," ujar siswa kelas X tersebut.
Rezqy menceritakan, inisiatif terciptanya inovasi ini karena sejumlah peristiwa yang dialami orang tua jompo tanpa keluarga. Untuk itu, sistem ini dibuat demi menghindari hal-hal vital yang tidak ingin terjadi pada orang tua. "Alat ini masih kompatibel untuk diaplikasikan di rumah dengan jumlah satu orang tua. Sehingga belum bisa diaplikasikan untuk panti jompo dengan banyak orang tua," jelas putra sulung Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai tersebut.
Lebih lanjut Rezqy menyampaikan, alat tersebut diharapkan dapat terus dikembangkan hingga untuk dipasarkan. "Dalam kompetisi itu harganya kita tawarkan sekitar USD 260," sambung Rezqy.
Untuk diketahui, Bangkok IPITEx digelar dalam Thailand Inventor Day (TID) selama empat hari pada 2 - 6 Februari 2023. Peserta yang mengikuti ajang ini berasal dari 24 negara seperti Botswana, Canada, China, Croatia, Egypt, Hong Kong, India, Indonesia, Iran, Jepang, Laos, Malaysia, Philippines, Poland, Romania, Russia, Saudi Arabia, Singapore, South Korea, Sudan, Taiwan, The United Arab Emirates, The united Kingdom, dan Vietnam.
Sementara itu, Kepala SMAN 2 Surabaya, Titik Hariani mengapresiasi prestasi Silver Medal yang telah di raih Ayman Nawwaf, Hernawan Santosa, Fazil Sabilarrasyad, Muhammad Thufail dan Muhammad Rezqy Agung dalam Thailand Inventors' Day 2023 kategori Youth Innovation. Apalagi mereka bersaing dengan para siswa lainnya di 24 negara.
"Mereka mendapat penghargaan di kategori penemuan teknologi, kemudian mempresentasikan hasil temuan mereka ditingkat international. Dengan kemenangan ini tentu memberikan semangat dan motivasi kepada siswa lainnya di Smada Surabaya," ujar dia.
Prestasi ini, kata Titik juga memberikan harapan kepada siswa lainnya dalam mendorong siswa untuk mengeluarkan inspirasinya agar anak-anak muda lebih kreatif dan inovatif.
"Di era global ini anak-anak harus mampu bersaing agar jiwa kompetitifnya terasahnya, dan menandakan peniliti kita tidak kalah dengan peneliti luar," pungkas dia. (Sal/red)